Mengeluh Bisa Cegah Bunuh Diri

Mencabut nyawa secara paksa dengan cara bunuh diri memiliki riwayat kesehatan yang kompleks dan menjadi fenomena di dunia. Cara negatif tersebut bisa dicegah dan deteksi sederhana, orang-orang terdekat mendengarkan keluhan orang yang diduga depresi dan merespon secara positif bukan mencemooh.

Keluhan yang bisa dijadikan indikasi peringatan seperti "rasanya hidup sangat berat”, “tak kuat lagi menanggung beban”, “tidak kuat menjalani kehidupan”, dll. Keluhan seseorang dengan nada tersebut sepintas sebagai gurauan. Padahal itu suatu indikasi masalah kesehatan mental.

Sikap tanggap sangat membantu deteksi dini terhadap peluang terjadinya bunuh diri. Keluarga dan orang-orang dekat jangan menyemooh keluhan tersebut, sebaliknya harus memahami dan mengerti ada masalah psikologis dengan saudaranya yang mengatakan hal tersebut.

Akar munculnya penyakit jiwa tersebut bisa diperhatian dari kondisi sosial, seperti orang-orang tak memiliki harapan hidup lebih baik. Diikuti dengan perilaku sedih, kesepian, emosinya tidak stabil. Jika gangguan perasaan tersebut ringan bisa berlaku dalam beberapa hari. Sebaliknya perilaku tersebut mengendap sampai menimbulkan perilaku tidak normal dalam keseharian, menunjukkan seseorang terserang depresi dan akhirnya menjadi penyakit. Akhir tragisnya, seseorang depresi bisa bunuh diri.

Perilaku bunuh diri sebagai gejala sangat kompleks. Tidak hanya gejala depresi. Ada faktor interaksi psikologis, fisiologis, sosial, lingkungan. Kedokteran dunia memiliki pekerjaan mengatasi masalah ini dan sejauh ini belum sepenuhnya sukses atas langkah-langkah dalam mengatasi kecenderungan bunuh diri.Tingkat bunuh diri di dunia berdasarkan data akhir 2000, pada kisaran 40 detik satu kasus bunuh diri.

Penyebab tingkat bunuh diri tinggi tersebut, setiap negara hampir sama masalahnya yakni orang yang diduga menderita depresi dan punya riwayat keluarga dalam kasus bunuh diri, malu konsultasi atau berobat ke dokter dan ahli yang terkait,

Semoga Bermanfaat