Rengginang Raksasa dari Saronggi

Ritual tradisional masyarakat Sumenep, “nyaddar” di desa kebun dadap timur kecamatan Saronggi, tidak lengkap tanpa makanan khas Rengginang dan Getas. Dua penganan khas itu bisa dijumpai di jalan masuk ke lokasi “nyaddar” , sepanjang hampir 1 kilometer dari jalan utama.

Yang membedakan rengginang “nyaddar” dengan rengginang biasa, yakni ukurannya. Kalau rengginang Madura, biasanya berukuran relatif kecil, dengan diameter maksimal 5 centimeter. Namun untuk rengginang “nyaddar”, ada yang berdiameter hingga 30 centimeter.


“Rengginang ini cuma dijual setahun dua kali, pas perayaan nyaddar. Kalau di luar itu, ya gak jual yang seperti ini,” cerita salah satu penjual renggingang, Ririn Waskiyatun, Jumat, (25/6/10).

Sambil melayani pembeli, Ririn menjelaskan, dirinya berjualan rengginang dan getas ini sudah bertahun-tahun,” Wah, ini memang turun temurun. Dagangan warisan, mbak. Mulai jaman mbah saya dulu, setiap ada nyaddar, ya jualan rengginang dan getas ini,” kata Ririn sambil melayani pembeli.

Untuk rengginang berukuran besar, per biji dijual Rp. 15.000. Dan untuk rengginang ukuran kecil, dijual per 10 biji, Rp. 6.000. Sedangkan getas, per 10 bijinya dijual Rp 5.000.

Ririn mengatakan, untuk bahan membuat rengginang dan getas, dirinya membutuhkan 50 kilogram ketan, dan 50 butir kelapa. “Olahan dari bahan ketan dan kelapa itu, kita jual mulai sore, sampai keesokan harinya. Ya pokoknya selama perayaan nyaddar sehari penuh itu,” ujar Ririn.

Ririn mengaku bersyukur, selama ini dagangan khusus nyaddar yang dilakoninya bertahun-tahun, selalu laris manis. “Ya Alhamdulillah, gak pernah mbuang. Selalu habis terjual. Tapi kalau sudah habis terjual, saya gak mbuat lagi, meskipun perayaan nyaddar belum bubar. Ya sudah cukup dengan 50 kilo itu aja,” pungkas Ririn sambil tersenyum.

Ritual “nyaddar” ini merupakan tradisi masyarakat pesisir desa pinggir papas. Mereka mengawali ritual dengan doa dan tahlil bersama di makam sesepuh yang diyakini sebagai keturunan wali songo.